TANGSEL – Suatu penduduk atau etnis umumnya lazim mengingat sejarah dan perjuangan para leluhur, cerita sejarah tersebut lah yang membentuk entitas suatu suku/etnis pada umumnya.
Namun, bagaimana jika orang lain dari luar etnis itulah yang justru memelihara budaya dan sejarah suatu etnis?
Hal ini dilakukan oleh pria asal Aceh, Azmi Abubakar. Pria kelahiran Aceh yang aktif membela kaum minoritas Tionghoa di Indonesia ini, menjadi fenomena tak lazim bagi masyarakat.
Pasalnya ia dianggap lebih Tionghoa dari orang Tionghoa asli. Bahkan pria yang berusia 50 tahun itu telah mendirikan Museum Pustaka Peranakan Tionghoa yang berlokasi di kawasan Golden Road, Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, Banten.
Dalam talkshow Kick Tangsel, bersama M.Saleh Asnawi dan Uten Sutendi pada Selasa (23/8/2022). Ia menjelaskan bagaimana asal mula ia tertarik untuk memelihara sejarah dan budayab etnis Tionghoa.
“Saya merasa dengan mendirikan Museum Pustaka Peranakan Tionghoa memberikan informasi bagaimana sesungguhnya orang Tionghoa itu di indonesia, sehingga orang tercerahkan. Inikan cuma masalah informasi, saya merasa dengan metode saya sebagai orang aceh dengan mendirikan museum orang Tionghoa ini akan lebih objektif,” ucap Azmi.
Museum yang telah didirikan sejak 2011 ini diketahui memiliki sekitar 40.000 literatur yang telah dikumpulkannya secara mandiri sejak 1999.
“Latar belakangnya memang ini pengalaman pribadi dimana sebelumnya sekitar tahun 1999 atau 2000-an saya aktif dalam proses perdamaian Aceh di Helsinky,” ujar Azmi.
“Dan saya merasa sebagai orang Aceh saat itu, merasa masalah ini hanya dihadapi oleh orang Aceh, bagaimana jika ini dihadapi oleh sodara-sodara saya dari etnis lain? Dari orang Batak lah, Jawa, Bugis. Inikan masalah mereka juga. Sebagai suatu bangsa inikan sudah terikat, yang kalo ada masalah kan sodaranya pasti datang,” lanjutnya.
Rasa kesepian tidak ada yang menolong saat ada masalah yang dihadapi etnis Aceh saat itu, menjadi dorongan Azmi untuk melakukan hal yang sama dalam membela kaum minoritas yakni etnis Tionghoa. Terlebih, saat pecahnya peristiwa 98 yang terjadi di Indonesia.
Bahkan saat ini masyarakat seakan dibuat lupa, bahwa terdapat suatu sejarah yang mengatakan orang Tionghoa merupakan etnis yang ikut berjuang juga dalam mengusir penjajah.
Mendengar penjelasan Azmi mengenai etnis Tionghoa. Tokoh Masyarakat Tangsel, M.Saleh Asnawi mengatakan, bahwa dengan adanya Azmi di tengah masyarakat Tangsel yang penduduk aslinya adalah etnis Tionghoa dapat memberikan wawasan.
“Dengan adanya pak Azmi (Pendiri Museum Pustaka Peranakan Tionghoa) bisa menambah wawasan kita dan warga Tangsel. Bahwa ini lho tentang Tionghoa, tentang bagaimana perjuangan mereka,” jelas Saleh. (bum)
0 Comments