SERANG, Bantenhariini.id – Sejarah penuh kesaktian dan ketangguhan tersembunyi di balik nama “Godam Denok” dan “Golok Ciomas Si Rebo,” dua benda pusaka peninggalan warisan leluhur masyarakat Banten yang telah menjadi legenda sejak abad ke-16.
Kedua pusaka itu, berasal dari masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanudin (1552-1570) dari Kesultanan Banten, putra dari Sultan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) dari Cirebon.
Dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda, pasukan Kesultanan Banten membutuhkan senjata yang kuat. Maka, Sultan Maulana Hasanudin memerintahkan Ki Buyut Cengkuk, seorang empu yang sangat sakti dari daerah Ciomas, untuk membuat golok sebagai senjata ampuh.
Pewaris Ketujuh dan Juru Kunci Godam Denok Ki Duhari alias Kang Enduh menceritakan pada saat itu, kekuatan pasukan Sultan semakin bertambah, setiap pasukan Kesultanan dilengkapi dengan 10 orang pendekar/jawara Banten, masing-masing membawa Golok Ciomas yang legendaris.
Golok Ciomas yang pertama kali dibuat oleh Ki Buyut Cengkuk dinamai “Si Rebo” dan dalam proses pembuatannya, ia menggunakan palu hadiah dari Sultan Maulana Hasanudin yang disebut “Godam Denok.”
“Kakek buyut saya membuat golok ciomas yang pertama namanya Si Rebo menggunakan godam denok,” katanya di Ciomas, Kamis (27/7).
Ia berlanjut menceritakan kisah kesaktian Golok Ciomas Si Rebo. Di tangan Ki Buyut Cengkuk, senjata ini berhasil mengalahkan pasukan Belanda dengan serangan mautnya. Musuh yang terkena sabetan golok dalam jarak 10 meter pun tidak dapat sembuh, bahkan sampai akhirnya menghembuskan nafas terakhir.
“Golok Ciomas dapat mengenai mush dari jarak 10 Meter, kalau kena sabetannya, luka enggak bisa sembuh,” katanya.
Hingga kini, Godam Denok dan Golok Ciomas Si Rebo masih menjadi benda pusaka yang dijaga dan dirawat dengan baik oleh keturunan Ki Buyut Cengkuk. Generasi ke-7 yang bernama Ki Duhari, seorang wiraswasta di bidang perkayuan, merupakan pewaris dari dua benda pusaka tersebut. Ki Duhari, yang berusia 54 tahun, mendapat amanah untuk menjaga kesaktian dan kehebatan Golok Ciomas Si Rebo serta Godam Denok.
Pada tahun 2015, Ki Jamsari (1945-2015), ayah Ki Duhari, telah mewariskan kedua benda pusaka tersebut. Setelah meninggal dunia, tanggung jawab untuk melestarikan warisan berharga itu jatuh ke tangan Ki Duhari.
Sejak kecil, Ki Duhari telah mengenal kedua benda tersebut saat masih berada di rumah kakeknya, Ki Buyut Sandara. Golok Si Rebo disimpan di bilik bambu kamar tidur, sementara Godam Denok disimpan dalam sebuah sangka (tas dari karung). Kini, keduanya disimpan dalam kotak kayu yang dijaga dengan penuh kehormatan.
“Setiap kali saya melihat Golok Ciomas Si Rebo dan Godam Denok, saya selalu teringat akan pesan bapak saya untuk menjaga dan merawat kedua benda pusaka ini dengan baik,” ujar Ki Duhari.
Tak hanya populer di kalangan masyarakat Banten, nama Golok Ciomas telah menyebar hingga berbagai wilayah di Indonesia dan bahkan mencapai Mancanegara.
Kehebatan dan kesaktian dari Golok Ciomas Si Rebo menghadirkan cerita luar biasa dari masa lalu yang tak lekang oleh waktu. Godam Denok dan Golok Ciomas Si Rebo tetap menjadi simbol kebanggaan masyarakat Banten atas warisan leluhur yang tak ternilai harganya. []
0 Comments