Asal Nama Kampung Belendung, Dari Nama Seorang Jawara


TANGERANG, bantenhariini.com -Kampung Belendung yang terletak di Kecamatan Benda, memiliki sejarah tersendiri. Menurut penelusuran dalam Buku Melacak Asal-Muasal Nama Kampung di Tangerang, Belendung merupakan nama salah satu jawara di tanah Belendung.

Untuk menyelesaikan observasinya mengenai Kampung Belendung, Burhanudin (46) sebagai penulis buku menemui Ahmad Izzudin (38). “Beliau salah satu tokoh masyarakat di daerah Belendung,” katanya kepada bantenhariini.com, Minggu (1/4/2018).

Burhan menuturkan, Belendung dahulunya adalah bagian dari Batuceper. Ia menjelaskan, karena pemekaran wilayah, maka Belendung berdiri sendiri sebagai kelurahan dan masuk ke wilayah Kecamatan Benda.

Pria yang menyukai buku karya Habiburrahman El Shirazy ini mengatakan, Belendung merupakan nama seorang jawara di tanah tersebut. “Nama jawara itu Ki Belendung, tapi dia nggak terlalu sakti,” imbuhnya.

Burhan bercerita, Ki Belendung kerap nongkrong  di bawah pohon kedondong besar. “Kalau ada pedagang lewat mampir disitu, Ki Belendung  pasti menghampiri. Ki Belendung biasanya bilang ‘sini gua cobain makanan lo’, kalau dia sudah mencicipi dan rasanya kurang enak, dia minta dibuatkan lagi,” ceritanya.

Burhan mengatakan, setelah Ki Belendung meminta makanan kepada pedagang dia tidak mau membayarnya. “Ya karena baginya mungkin karena nyobain doang jadi tidak mau bayar, karena Ki Belendung juga sudah dikenal sebagai jawara, jadi pedagang pada takut,” terangnya.

Buku tersebut masih banyak memuat sejarah-sejarah menarik yang mengupas nama kampung di Kota Tangerang. Adanya buku tersebut merupakan buah dari hasil tantangan yang diberikan Walikota Tangerang Arief R Wismansyah.

“Tantangan itu saya dapatkan ketika saya mengunjungi rumah Pak Wali bersama rekan-rekan pegawai lainnya, di awal tahun 2016. Disitu dia menantang saya, apa yang saya dapat persembahkan untuk Kota Tangerang, saya katakan yang saya bisa adalah menulis,” ujarnya.

Burhan mengatakan menulis merupakan kegiatan yang ia senangi. Sebelum menjadi staff kesra di pemkot, ia merupakan seorang penghulu. Dirinya kerap mengikuti lomba-lomba kepenulisan. Jadilah tantangan dari Arief ia sanggupi.

“Kalau editornya nggak ada, tapi dalam setiap penulisannya saya selalu minta masukkan dari Pak Wali. Nelitinya juga benar-benar, ‘Pak Burhan ada yang kurang nih kayanya kampungnya coba teliti lagi’” ujar Burhan sambil menirukan logat Arief. Pun dalam proses pembuatan bukunya, Burhanudin kerap berkonsultasi dengan Arief.

Pria yang sudah dikaruniai buah putri ini, masih tertantang untuk mendapatkan nama kampong yang belum bisa terkuak. “Saya masih penasaran, semoga nanti ada kesempatan buat riset dan melengkapi nama kampung yang masih belum dicantumkan di buku ini,” imbuhnya.

Burhan mengakui bahwa terbitnya buku ini, terwujud karena dukungan dari keluarganya. “Selain istri dan ketiga anak saya, peran ibu saya juga penting dalam penulisan buku ini. Dia idola saya, doanya tak pernah kering untuk saya,” tandasnya. (Fani/Setia)


0 Comments

Your email address will not be published.

Slot gacor terbaru Slot gacor hari ini Link slot gacor